Bhabinkamtibmas Kalurahan Trimurti, Bripka Eko Rustamaji, menyambangi Pabrik Mi Lethek Cap Garuda di Dusun Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, pada Rabu (10/9/2025) pagi. Kegiatan ini dilakukan untuk menjalin kemitraan dan menjaga keamanan di lingkungan sentra kuliner khas Bantul tersebut.
Mi Lethek Cap Garuda memiliki sejarah panjang sejak 1940-an. Pabrik ini pertama kali didirikan oleh Umar Yassir, tidak hanya untuk mencari keuntungan, tetapi juga demi mensejahterakan warga sekitar dengan menyediakan pangan sekaligus lapangan kerja. Usaha tersebut kini diteruskan oleh cucunya, Yasir Feri Ismatrada.
Feri mengungkapkan bahwa hingga kini proses produksi masih dilakukan secara tradisional dan unik, yaitu menggunakan tenaga manusia dan sapi. “Sejak dulu kami mempertahankan cara lama. Sapi digunakan untuk membantu proses pencampuran adonan, sementara penjemuran tetap mengandalkan sinar matahari,” jelasnya.
Produksi mi lethek berlangsung pukul 07.00-18.00 WIB dengan kebutuhan bahan sekitar 260 kilogram tepung gaplek dan tapioka. Tepung gaplek direndam empat hari, ditiriskan dua hari, lalu dipanggang menggunakan tungku kayu bakar sebelum dicampur tapioka dengan bantuan tenaga manusia dan sapi. Adonan kemudian dicetak menjadi mi, dijemur hingga kering, dan dikemas dalam ukuran 5 kilogram seharga Rp100.000,-.
Produk mi lethek dipasarkan ke berbagai wilayah DIY dan sekitarnya, dengan fokus utama di Bantul. Keunikan dan nilai sejarahnya telah mendapat pengakuan nasional ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan mi lethek sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) pada tahun 2019.
Dalam kesempatan tersebut, Bripka Eko Rustamaji mengapresiasi upaya pelestarian tradisi ini. “Kami berharap produksi mi lethek tetap berjalan baik dan masyarakat turut menjaga keamanan lingkungan sehingga tercipta situasi yang kondusif,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment