"Pengamanan ini bertujuan untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas dan memastikan kelancaran kirab, serta menjaga ketertiban selama acara berlangsung," ujarnya di sela-sela kegiatan.
Pengamanan tidak hanya melibatkan kepolisian, tetapi juga melibatkan prajurit TNI dari Koramil Pleret, Linmas, Banser, FPRB, Paksikaton, serta berbagai komunitas relawan lainnya. Sinergi antar berbagai elemen ini menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga kelestarian budaya dan keamanan masyarakat.
Untuk mendukung kelancaran kirab, polisi melakukan rekayasa lalu lintas di beberapa ruas jalan yang dilalui, terutama di sekitar Masjid Al-Huda Karanganom hingga Pendopo Kalurahan Wonokromo.
Jalur-jalur yang mengalami pengalihan arus antara lain Simpang empat Sudimoro ke arah timur, Simpang tiga Karangsemut ke arah utara, Simpang tiga Glagah Tamanan ke arah selatan, dan Simpang tiga Pleret ke arah barat.
Rebo Pungkasan sendiri merupakan tradisi tahunan yang sangat dinantikan di Wonokromo, Pleret. Acara ini ditandai dengan mengarak lemper raksasa dan doa bersama untuk keselamatan. Lemper raksasa yang menjadi ikon tradisi ini memiliki panjang 2,5 meter dan diameter 50 sentimeter. Ribuan warga tumpah ruah di jalan untuk menyaksikan kirab dan berebut lemper yang dipercaya membawa berkah.
Tradisi Rebo Pungkasan ini menjadi daya tarik wisata budaya yang mampu menggerakkan perekonomian lokal. Selain kirab, berbagai acara pendukung seperti pasar malam dan pentas seni juga digelar untuk memeriahkan suasana.
Dengan pengamanan yang ketat dan partisipasi aktif dari masyarakat, kirab budaya Rebo Pungkasan di Wonokromo, Pleret, berjalan dengan lancar dan sukses. Tradisi ini diharapkan terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment