
Lakon dari pegelaran wayang kulit tersebut berjudul Sri Mulih atau Kembalinya Dewi Sri. Sebuah Lakon yang menceritakan perginya Dewi Sri (Dewi Kesuburan dan Kesejahteraan) dari Amarta, yang kemudian membuat Amarta menjadi kacau, gagal panen, banyak bencana alam dan wabah penyakit.
Bambang Prabakusuma (putra Arjuna dan Bathari Supraba) datang mencari ayahnya. Arjuna mau mengakui Prabakusuma sebagai anak, apabila Prabakusuma bisa mengembalikan Dewi Sri ke Amarta.
Setelah melalui banyak rintangan, Prabakusuma bisa memboyong Dewi Sri kembali ke Amarta, bersamaan dengan kembalinya kesuburan dan kesejahteraan negara itu.
Ratusan warga dari wilayah Pleret dan sekitarnya datang menyaksikan pagelaran wayang kulit itu. Hadir pula sejumlah tamu undangan, diantaranya Kepala BPBD Bantul Drs. Dwi Daryanto M.Si, anggota DPRD Kabupaten Bantul Nur Subiantoro S.I.Kom dan Amir Syarifudin, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Sunarto SH MM, Camat Pleret M. Alwi SH MH, Kapolsek Pleret AKP Sumanto SH, Danramil Pleret Kapten Arm. M. Bambang S dan Lurah Desa Pleret Nurman Afandi.
Dalam sambutannya Supoyo, S.Pd selaku sesepuh Tambalan Gerjen menjelaskan, bahwa merti dusun adalah bentuk rasa syukur masyarakat atas segala nikmat Allah SWT yang dikemas dalam budaya jawa. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tamu undangan yang telah hadir bersama warga masyarakat untuk menyaksikan pagelaran wayang tersebut.
Sementara itu anggota DPRD Kabupaten Bantul Amir Syarifudin berharap acara tersebut dapat terus diselenggarakan, "diuri-uri" (dilestarikan) kebudayaan yang adiluhung sebagai sarana menumbuhkan rasa persatuan dan gotong royong masyarakat serta menjadi perekat masyarakat.
Pada acara itu juga dilakukan sosialisasi tanggap bencana dan sertifikasi tanah di wilayah Kabupaten Bantul. (Humas Polsek Pleret)
0 komentar:
Post a Comment