
Tradisi guyangan raja kaya atau memandikan hewan ternak sebelum disembelih di Hari Raya Idul Adha menjadi prosesi budaya yang tumbuh sejak cikal bakal kampung Pokoh 2 lahir. Hingga sekarang tidak ada yang tahu secara pasti sejak kapan sebenarnya tradisi tersebut mulai dilakukan masyarakat dikawasan itu.
Dalam acara itu juga dihadiri Camat Dlingo Tri Tujiana AP MM, Lurah Dlingo Bahrun Wardoyo, tokoh masyarakat H Yasmuri MpdI dan warga.
Sesepuh Dusun Pokoh 2 bapak Sibut Santosa menjelaskan, istilah raja kaya sebenarnya tidak hanya untuk sapi dan kambing. Namun semua hewan piaraan masyarakat termasuk raja kaya. Tradisi itu merupakan penghormatan bagi hewan sebelum disembelih. Selain itu guyangan raja kaya bentuk ikhtiar warga agar hewan ternak diberi kemudahan dalam berkembang biak.
Bupati Bantul Drs H Suharsono mengungkapkan, tradisi guyangan raja kaya harus dijaga kelestariannya. Jangan sampai warisan nenek moyang bangsa ini runtuh gara -gara kemajuan teknologi. Justru majunya teknologi ini sebuah kebudayaan sangat bernilai. Bahkan orang nomor satu di Bantul itu tidak segan -segan 'ngraupi' sapi dan kambing dalam tradisi guyangan sapi itu.
Pada kesempatan itu Bupati Suharsono menyempatkan untuk meninjau pameran Pasar Trukan, dan disambut siswa-siswi TK Pokoh Dlingo. Dalam kunjungannya ke Dusun Pokoh 2 ini, Bupati Bantul dijamu makanan tradisional sego jagung jangan ndeso dan minuman khas Dusun Pokoh 2 yakni wedhang kekep.
Dinamakan Wedhang kekep karena cita rasa minuman ini menjadikan tubuh terasa hangat layaknya wedhang jahe yang kita kenal selama ini.
Menutup serangkain acara, Bupati Suharsono mengajak kepada warga dan penggiat wisata untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada wisatawan, dengan harapan dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi dan kedepannya dapat memberikan kontribusi dan kesejahteraan masyarakat meningkat, harapnya.
Selama kegiatan berlangsung personil Polsek Dlingo melaksanakan pengamanan hingga ara selesai dalam keadaan aman tertib. (Sihumas Polsek Dlingo)
0 komentar:
Post a Comment