
Sebagai Inspektur upacara Danramil Banguntapan Capten Inf Suyadi. Hadir pada upacara tersebut jajaran muspika Banguntapan serta instansi terkait. Peserta upacara anggota TNI/Polri, PNS, Lurah desa beserta pamongnya dan perwakilan pelajar SD SMA sekecamatan Banguntapan. Untuk petugas upacara dari MAN Lab UIN Jeruk Legi Banguntapan.
Dalam amanatnya Irup membacakan sambutan Gubernur DIY yang menyampaikan salam sejahtera bagi kita semua, Warga Yogyakarta yang patriotik, "SEKARANG tibalah saatnya kita benar-benar mengambil sikap nasib bangsa dan nasib Tanah Air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya", demikianlah cuplikan Pidato Pengantar Bung Kamo sebelum membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Pada awal pidatonya Bung Kamo mengatakan, "Saya minta Saudara-Saudara hadir disini untuk menyaksikan satu peristiwa maha-penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh-tahun kita bangsa lndonesia telah berjoang, untuk kemerdekaan Tanah Air kita bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombang aksi untuk mencapai kemerdekaan itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita".
Gaung suara yang hanya beberapa detik itu adalah sebuah peristiwa besar yang telah mengubah jalan sejarah bangsa Indonesia. Sekalipun sangat sederhana, tetapi berlangsung dengan penuh kekhidmatan. "Gema lonceng kemerdekaan " itu terdengar ke seluruh pelosok Nusantara dan menyebar ke seantero dunia.
Demikian pula pada hari ini, 17 Agustus 2016, saya juga minta Saudara-Saudara hadir disini, untuk memperingati Detik-Detik Proklamasi dengan tema: "Indonesia Kerja Nyata" sebagai wujud melanjutkan cita-cita kemerdekaan itu. •
Indonesia memerlukan banyak Pemimpin-Pekerja yang memimpin dengan bekerja, petarung lapangan yang tidak sekadar duduk di meja. Pemimpin tipe ini, ibarat pohon, letak solusinya bukan pada buahnya, melainkan ada di akar-akanya dengan selalu memeriksa sampai "kapan" dan "bagaimana" kebijakan dijalankan.
Setiap Pemimpin jangan terlalu percaya pada indahnya judul "proyek", dan tak punya waktu untuk memeriksa. Kita harus menggerakkan organisasi agar gumregah, menghidupkan cara berpikir kreatif-inovatif, mengam bilinisiatif, dan bergerak maju.
Dengan aparat birokrasi dan politisi yang bijak dan mengabdi, akademisi yang inovatif-cerdas dan berkomitmen, didukung oleh budayawan yang kreatif- progresif, diringi doa syafaat kaum rohaniawan, diharapkan soliditas jaringan kerja itu bisa mengantarkan bangsa ini ke seberang jembatan emas" menuJuIndonesia yang sejahtera dan berkeadilan.
Dalam konteks Keistimewaan DIY, betapa besar keinginan masyarakat untuk merasakan agar buah yang dipetik dari status keistimewaan itu bisa segera terwujud. Oleh sebab itu, saya mengajak semua elemen yang menjadi pilar utama Keistimewaan DIY, yaitu: "Kraton- Kaprajan-Kampus-Kampung'' untuk saling menguatkan dengan berbagi gagasan dan bersinergi kerja guna melipatgandakan energi.
Konsekuensinya, harus bergerak cepat, dan bekerja giat, tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya dan tepat sasaran. Implikasinya, harus menghidupkan inisiatif, dan menjadi aktor perubahan untuk membangun peradaban unggul dan bermartabat. Karena ditangan merekalah kesej ahteraan akyat Yogya dipertaruhkan.
Warga Yogyakarta yang memang Istimewa,
HARAPAN itu sesuai dengan pidato penutup Bung Karno, "Kita sekarang telah merdeka! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita NegaraMerdeka, Negara Republik Indonesia merdeka kekal dan abadi. Insya' Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!"
Tema ini juga mengisyaratkan, bahwa kerja keras dan cerdas itu mendesak untuk diwujudkan, karena ketimpangan kesejahteraan terasakan semakin dalam, dan penegakan hukum belum memenuhi rasa keadilan di tengah maraknya virus korupsi yang sistemik.
Namun kini, Semangat Proklamasi itu justru menyempit, mengkristal dalam kelompok. Politik identitas suku, daerah dan agama mudah menguat, membangkitkan radikalisme agama dan primordialisrne etnisitas. Jika kemajemukan tidak berhasil disinergikan menjadi modal sosial, dikhawatirkan mengancam eksistensi Republik.
Maka, marilah kita kembali pada Semangat Proklamasi yang rnemiliki jiwa merdeka, keikhlasan berkorban, tekad bersatu dengan kesadaran hidup dalam kebhinnekaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Adil berkenan menunjukkan arah dijalan lurus-Nya, agar Semangat Proklamasi 1945 tetap di relnya yang benar sesuai tantangan zaman.
Spirit itu harus kita jaga, kita pelihara dan kita kembangkan, agar dapat memetik "buahnya" secara adil dan merata, sehingga pekik Merdeka yang kita teriakkan setiap 1 7 Agustus mampu membuahkan hasil tercapainya misi menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa.
Akhir kata, Dirgahayulah Rakyat, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia! Sekali Merdeka,Tetap Merdeka!
Upacara berlangsung khidmat dan selesai pukul 07.45 wib, kegiatan dilanjut ramah tamah dan kordinasi untuk upacara detik-detik proklamasi 17 Agustus 1945 di lapangan Wiyoro Baturetno Banguntapan Bantul.
Selama upacara berlangsung personil Polsek Banguntapan melaksanakan pengamanan hingga acara selesai dalam keadaan aman terib. (Sihumas Polsek Banguntapan)
0 komentar:
Post a Comment