
Hadir dalam Milad tersebut sejumlah pejabat teras seperti Mendikbud Nadiem Makarim, mantan Menhan Ryamizard Riacudu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, Gubernur DIY, Kaba Intelkam Polri, Kapolda DIY Drs. Ahmad Dofiri, M.Si., Menteri Agama, Mensos, Ketua PP Muhamadiyah, Ketua DPP Pan, Ketua Aisyiah, Danrem Pamungkas, Rektor UMY, Sekda Yogyakarta, Kapolres Bantul, Dandim Bantul dan undangan lainya.
Dalam sambutanya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, mengingatkan pesan pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji (KH) Ahmad Dahlan, dalam Milad Muhammadiyah ke-107 di Sportorium UMY malam ini.
Awalnya Sultan menjelaskan mengenai kiprah Perserikatan Muhammadiyah dalam mengembangkan hakikat pengetahuan Islam meliputi bayani, burhani dan irfani. Ketiga hakikat itulah yang dipakai Muhammadiyah sebagai pisau analisa pembaharuannya.
"Sekarang ini Muhammadiyah sedang mengembangkan hakikat pengetahuan Islam, bayani, burhani dan irfani, yang juga menjadi pisau analisa pembaharuan Muhammadiyah," kata Sultan
"Dengan menjalankan tiga tajdid ini menjadikan Muhammadiyah panutan umat Islam. Karena selalu hadir mendinginkan suasana dengan memberikan solusi penuh hikmat kebijaksanaan, melalui tafsir ajaran Islam untuk bersatu merajut ukhuwah," sambungnya.
Sultan berharap dengan tajdid yang dilakukan Muhammadiyah, gerak dakwah Muhammadiyah semakin maju. Menurut Sultan, harapannya itu sejalan dengan pesan KH Ahmad Dahlan yang sejak awal sudah menanamkan nilai dasar reformis di Muhammadiyah.
"Harapan ini sejalan dengan pesan Kiai Haji Ahmad Dahlan yang menanamkan nilai dasar Muhammadiyah sebagai gerakan reformis dan ungkapan yang penuh kesahajaan yang tulus. Jadilah santri yang berkemajuan," terangnya.
"Kata-kata mutiara itu (pesan KH Ahmad Dahlan) seakan-akan meningkatkan setiap insan Muhammadiyah agar melanjutkan dan menuntaskan gerakan pembaharuan seperti ketika dilahirkannya," lanjutnya.
Peringatan Milad Muhammadiyah berlangsung di kota kelahirannya,Yogyakarta. Milad Muhammadiyah ke-107 kali ini mengusung tema 'Mencerdaskan Kehidupan Bangsa'. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr.H. Haedar Nashir, M.Si. Adapun milad kali ini mengambil tema 'Mencerdaskan Kehidupan Bangsa'. sekaligus akan diluncurkan program Muhammadiyah Online University (MOU), sebuah model penyelenggaraan perguruan tinggi berbasis aplikasi teknologi.
Muhammadiyah memandang bangsa ini, umat ini, manusia semesta itu perlu hidup cerdas, Selain hidup cerdas, menurut Haedar Nashir, manusia juga harus semangat untuk mencerdaskan. Haedar menambahkan, perlu juga untuk mengasah akal budi.
"Semangat mencerdaskan itu dalam Islam itu, semangat Iqro, untuk berpikir. Tapi juga untuk mengasah akal budi," jelasnya.
Muhammadiyah dibentuk di Kampung Kauman, Yogyakarta, 8 Dzulhijjah 1330 atau 18 November 1912. Pendiri Muhammadiyah adalah Muhammad Darwin, yang kemudian lebih dikenal sebagai KHA Dahlan. KHA Dahlan adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta. Sebagai seorang Khatib dan pedagang, KHA Dahlan melihat keadaan ummat Islam waktu itu jumud, beku, dan penuh dengan amalan - amalan yang bersifat mistik. Hati KHA Dahlan tergerak mengajak masyarakat untuk kembali ke ajaran Islam berdasarkan Al Qur'an dan Hadist. KHA Dahlan memberikan pemahaman keagamaan di rumahnya. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan .
Mulanya, ajaran KHA Dahlan ditolak. Berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya KHA Dahlan mendapat sambutan baik dari keluarga dan teman dekatnya.
Profesinya sebagai pedangan rupanya sangat mendukung ajakan beliau. Dalam waktu singkat, ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman. Ajakannya juga sampai ke luar daerah, dan luar pulau Jawa. Persyarikatan Muhammadiyah kemudian dibentuk untuk mengorganisir kegiatan tersebut. Pelajaran yang KHA Dahlan bagikan tidak hanya untuk kalangan laki-laki.
Sidratul Muntaha, sebutan untuk kalangan ibu muda yang menerima pelajaran dari KHA Dahlan. Pembelajaran yang dibagikan dalam dua waktu. Siang hari untuk pelajaran anak-anak laki-laki dan perempuan. Malam hari di pakai untuk pembelajaran anak-anak yang sudah dewasa. KHA Dahlan menjadi pemimpin Muhammadiyah dari 1912-1922. Kini Muhammadiyah sudah ada di seluruh pelosok tanah air.
Selama acara berlangsung petugas Gabungan Polsek Kasihan dan Polres Bantul melaksanakan pengamanan lokasi dan penggal jalan sampai acara berakhir terlaksana dalam keadaan aman dan kondusif. (Humas Polres Bantul)
0 komentar:
Post a Comment